Kedua tangannya bertumpu di atas meja sekretariat. Aku rasanya ingin pipis. Bokeb “Ngg…, nggak kok…”, jawabku gelagapan. “Sama-sama, udah dikunci semua kelasnya, Dian?”. Beberapa menit kemudian, aku berpapasan dengan Dian di lorong antara WC dan ruang kursus, hingga tanpa sengaja aku bertubrukan dengannya. Belum lagi kalau aku berdiri di hadapannya (saat memberi instruksi), ia selalu memperhatikan bagian bawah perutku, mula-mula aku risih dibuatnya, karena takut kalau-kalau ketahuan oleh isteriku, tapi saat kupandang wajahnya, ia malah tersenyum-senyum genit. “Ngg…, nggak kok…”, jawabku gelagapan. “Sudah, Pak”, jawabnya pelan dengan raut muka lesu. “Ngg…, nggak kok…”, jawabku gelagapan. Buah dadanya sangat besar. crott!”, sekitar 10 kali semprotan masuk ke sana, aduh…, nikmatnya luar biasa.Tak percuma aku mempekerjakan sekretaris seperti dirinya, karena servis yang diberikannya luar dalam amat memuaskan. “Pak Ivan, Bapak nggak perlu pakai ini kok, karena saya siap jika Bapak menghendaki saya melayani Bapak malam ini juga”, jawabnya dengan
