Seumur-umur aku belum pernah dipijit terutama oleh wanita yang belum aku kenal. Wah, sampai Jakarta jam berapa nih, pikirku. Bokeb Kusodorkan jari-jemariku yang masih basah ke mulutnya. Kami pun berciuman dengan lembut di bibir. Dia mengendurkan otot-otot kakiku yag sudah pegal karena menginjak pedal seharian. Kulihat Santi mulai tidak bisa mengendalikan dirinya, dia menengadah sambil memejamkan matanya, sementara pinggulnya bergerak-gerak menggesek kemaluanku.Kami pun segera bertukar posisi, dia kubaringkan di kasur dan segera saja kulepas celana dalamnya yang sudah mulai basah itu. Lalu laju mobil pun mulai kupelankan, dan mataku mulai menyapu ke tepian jalan barangkali ada tempat istirahat atau rumah makan yang nyaman.Kemudian mataku tertuju pada sebuah rumah (kupikir itu rumah makan) berdinding warna hijau toska dengan halaman yang agak luas dan ditutupi oleh rumput Jepang.




















